Inilahbeberapa ayat Alkitab tentang berdoa yang bisa digunakan untuk mengingat dan menjalin komunikasi dengan Tuhan. 1. Zakharia 10:6 Aku akan memperkuat kaum Yehuda, dan Aku akan menyelamatkan kaum Yusuf.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. kita sebagai manusia sebagai hamba Allah,seharusnya menjadikan perjumpaan Allah menjadi tujuan utama dalam ibadah dan dzikir kita dan amal shaleh kita. karena kita pasti akan berjumpa denganNya kelak diakhirat dihari kiamat dan disyurga kelak. Perjumpaan dengan Allah hendaklah menjadi motivasi beramal shaleh dan beriman kepada Allah.... kita selama ini di dunia, beribadah menghadap wajah Allah, tapi tak bisa melihat wajah Allah tapi di akhirat kita bisa melihatNya.... hendaknya itu yang memotivasi kita ibadah supaya bisa melihat wajah Allah di akhirat... Di dalam Surat Al Kahfi 18 ayat yang ke-110 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman "Barangsiapa yang mengangankan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia mengerjakan amal sholih dan janganlah menyekutukan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Rabb-nya."Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu Tuhannya Al Qiyamah 22-23. Barang siapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu yang dijanjikan Allah pasti datang. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Al Ankabut 5 Lihat Humaniora Selengkapnya
Ayat al quran tentang pendidikan. Jumlah ayat di dalam Al Quran ada sekitar 6.666, dan diantara banyaknya ayat-ayat Al-Quran tersebut, ada yang khusus membahas mengenai pendidikan. Memang dalam Al Quran dijelaskan dengan gamblang bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib, sebagai seorang muslim kita tidak boleh hanya pasrah Oleh H KarmanSetiap Muslim tentu ingin -setidaknya merasakan- bertemu dengan Allah SWT. Secara umum, orang Islam beranggapan, berjumpa dengan Allah SWT hanya bisa dilakukan melalui ibadah-ibadah ritual, seperti shalat, berdoa, berzikir, sampai pergi ke tempat-tempat suci seperti Makkah untuk berhaji dan umrah. Tentu anggapan ini tidak salah, namun tidak seratus persen benar. Melakukan ibadah ritual saja tanpa berdampak pada akhlak sosial, ibadah tersebut tidak hanya sia-sia tidak bermakna tapi juga bisa mendatangkan kecelakaan bagi pengamalnya. Shalat yang tidak melahirkan kepedulian sosial disebut dalam Alquran sebagai shalat sahun lalai dan pengamalnya digelari sebagai pendusta agama. Shalat model begini alih-alih berpahala atau dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, malah yang ada ancaman kecelakaan neraka wail. Sebagaimana firman Allah SWT, โ€œTahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin. Maka, celakalah bagi orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang yang berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang yang berguna.โ€ QS al-Maun 1-7.Dalam pandangan Islam, hubungan ibadah ritual dan akhlak sosial bagaikan ruh dan jasad pada diri manusia. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Satu dengan yang lain saling berkaitan. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, namanya bukan lagi manusia. Demikian juga hubungan ibadah ritual dengan akhlak sosial. Keduanya tidak boleh dipisahkan, tapi satu yang lain harus saling berhubungan. Shalat yang baik mesti melahirkan kesadaran zakat, infak, dan akhlak baik. Mengenai hal tersebut ditegaskan oleh Alquran, โ€œDan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat.โ€ QS al-Baqarah 110. โ€œ.... Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar.โ€ QS al-Ankabut 45.Pandangan Islam seperti di atas menyadarkan kita bahwa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT tidak hanya dapat dilakukan melalui shalat, doa, zikir, atau ibadah ritual lainnya. Tapi, dapat juga melalui pengkhidmatan pelayanan terhadap sesama manusia. Salah satu indikator kedekatan seorang hamba dengan Allah SWT adalah mendapat pertolongan dari-Nya. Sabda Nabi SAW, โ€œAllah akan senantiasa menolong hamba-Nya sepanjang hamba tersebut menolong saudaranya.โ€ HR Muslim.Bahkan, di dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan bahwa pengkhidmatan kepada sesama manusia tidak hanya dapat mendekatkan diri kepada Allah, tapi sekaligus sebagai upaya bertemu dengan Allah SWT. Ketika kita menjenguk orang sakit, memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kehausan hakikatnya kita sedang bertemu dengan Allah SWT sebab ia berada di sisi dan di tengah-tengah mereka. Dalam sebuah hadis Qudsi Allah SWT berfirman, โ€œWahai anak Adam! Aku sakit mengapa engkau tidak menjenguk-Ku, ia berkata Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam. Allah berfirman Engkau tahu bahwa seorang hamba-Ku sakit di dunia, akan tetapi engkau tidak menjenguknya, seandainya engkau menjenguknya sungguh engkau akan dapati Aku di sisinya.โ€โ€œWahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu, mengapa engkau tidak memberi-Ku? Orang itu berkata Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan sedangkan engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah berfirman Engkau mengetahui ada dari hamba-Ku yang kelaparan dan engkau tidak memberinya makan, sekiranya engkau memberinya makan, niscaya engkau dapati Aku di sisinya.'' ''Wahai anak Adam Aku meminta minum padamu sedang engkau enggan memberi-Ku minum. Ia berkata Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah menjawab Seseorang meminta minum padamu dan engkau tak memberinya, sekiranya engkau memberinya minum niscaya engkau dapati Aku di sisinya.โ€ HR Muslim.Jadi, bertemu dengan Allah SWT tidak mesti melalui shalat dan zikir di tempat yang sepi saja, tapi juga dapat melalui pengkhidmatan terhadap sesama di tempat keramaian. Wallahu alam.

ร˜Pendapat pertama: ayat yang mula-mula diturunkan ialah ayat 1 hingga 5 surah al-Alaq. Ayat tersebut ialah sebagaimana firman Allah: รน z. รน. Terjemahan: 1. bacalah (Wahai Muhammad) Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan (sekalian makhluk), 2. ia menciptakan manusia dari sebuku darah beku; 3.

Kamis, 24 Zulqaidah 1444 H / 10 Mei 2012 1250 wib views Oleh Badrul Tamam Al-Hamdulillah, segala piji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada hamba dan utusan-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Setiap mukmin wajib cinta kepada Tuhannya, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia juga wajib mengharapkan kecintaan dari-Nya. dan ini yang lebih penting. Dia juga wajib yakin, hari perjumpaan dengan-Nya pasti adanya. Yakni saat Allah memberikan balasan dari amal-amal perbuatan hamba-Nya sesudah mereka dibangkitkan dari kuburnya. Karenanya, ia senantiasa menyiapkan segala sesuatunya untuk perjumpaan tersebut. ููŽู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุฑู’ุฌููˆ ู„ูู‚ูŽุงุกูŽ ุฑูŽุจู‘ูู‡ู ููŽู„ู’ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ู’ ุนูŽู…ูŽู„ู‹ุง ุตูŽุงู„ูุญู‹ุง ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูุดู’ุฑููƒู’ ุจูุนูุจูŽุงุฏูŽุฉู ุฑูŽุจู‘ูู‡ู ุฃูŽุญูŽุฏู‹ุง "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." QS. Al-Kahfi 110 Maksudnya Siapa yang berharap pahala dari Allah dan balasan baik saat berjumpa dengan Allah Ta'ala di akhriat, maka hendaknya ia beramal yang shalih, yaitu amal yang sesuai dengan syariat Allah. Syaratnya lagi, dalam beramal shalih tersebut ia hanya berharap wajah Allah Ta'ala semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Keduanya ini, menurut Ibnu Katsir, adalah rukun amal yang diterima. Amal tersebut haruslah ikhlas untuk Allah dan benar sesuai syariat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. lihat Tafsir Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas. . . . Rukun amal yang diterima Amal tersebut haruslah ikhlas untuk Allah dan benar sesuai syariat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ibnu Katsir Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุญูŽุจู‘ูŽ ู„ูู‚ูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุญูŽุจู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูู‚ูŽุงุกูŽู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุฑูู‡ูŽ ู„ูู‚ูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูƒูŽุฑูู‡ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูู‚ูŽุงุกูŽู‡ู "Siapa suka berjumpa dengan Allah, maka Allah suka berjumpa dengan-Nya. dan siapa yang benci dengan Allah maka Allah benci berjumpa dengannya." HR. Al-Bukhari dan Muslim Syaikh Ibnu Al-'Utsaimin rahimahullah berkata, "Seorang mukmin meyakini apa yang Allah janjikan di surga bagi hamba-hamba-Nya yang beriman berupa ganjaran yang besar serta karunia yang luas, maka iapun mencintai hal ini, dan jadilah dunia terasa ringan baginya dan ia tidak perduli kepada dunia karena ia akan berpindah kepada surga yang lebih baik dari dunia. Tatkala itu iapun rindu bertemu dengan Allah, terutama tatkala datang ajal, iapun diberi kabar gembira dengan keridhaan dan rahmat Allah, iapun rindu berjumpa dengan Allah." Syarah Riyaad Al-Shalihin Maka diantara doa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah ูˆูŽุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ู„ูŽุฐู‘ูŽุฉูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุธูŽุฑู ุฅูู„ูŽู‰ ูˆูŽุฌู’ู‡ููƒูŽ ูˆูŽุงู„ุดู‘ูŽูˆู’ู‚ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ู„ูู‚ูŽุงุฆููƒูŽ "Dan aku memohon kepadaMu keledzatan memandang wajahMu, dan kerinduan untuk berjumpa denganMu." HR An-Nasaai, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani Namun sebaliknya, orang yang lalai dari akhirat dan tidak berharap pahala Allah saat perjumpaan dengan-Nya, ia disibukan dengan dunia dan puas dengannya, maka Allah juga tidak suka berjumpa dengannya, tidak sudi memberikan ampunan dan rahmat kepadanya. Allah Ta'ala menerangkan orang-orang semacam ini dalam firman-Nya, ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ู„ุง ูŠูŽุฑู’ุฌููˆู†ูŽ ู„ูู‚ูŽุงุกูŽู†ูŽุง ูˆูŽุฑูŽุถููˆุง ุจูุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุฉู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงุทู’ู…ูŽุฃูŽู†ู‘ููˆุง ุจูู‡ูŽุง ูˆูŽุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ู‡ูู…ู’ ุนูŽู†ู’ ุขูŠูŽุงุชูู†ูŽุง ุบูŽุงููู„ููˆู†ูŽ ุฃููˆู„ูŽุฆููƒูŽ ู…ูŽุฃู’ูˆูŽุงู‡ูู…ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู ุจูู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽูƒู’ุณูุจููˆู†ูŽ "Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan tidak percaya akan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan." QS. Yunus 7 Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Firman Allah Ta'ala ini mengabarkan tentang keadaan orang-orang celaka, yaitu mereka yang kufur ingkar terhadap perjumpaan dengan Allah pada hari kiamat. Tidak berharap apapun dalam perjumpaan itu. Mereka puas dengan kehidupan dunia ini dan jiwa mereka merasa tentram terhadapnya." Mereka itu adalah orang-orang yang tidak berharap perjumpaan dengan Allah, bahkan berpaling darinya dan boleh jadi sampai mendustakannya. Mereka puas dengan dunia sebagai ganti dari akhirat. Cenderung kepada dunia dan menjadikannya sebagai tujuan hidupnya dan puncak dari cita-citanya. Mereka mengusahakan apa saja untuk memperolehnya dan mati-matian untuk merengguh kenikmatan dan kesenangannya dengan cara apapun. Mereka curahkan segala obsesi, niat, pikiran dan tenaga untuknya. Seolah-olah mereka diciptakan untuk kekal di dalamnya. Seolah-olah dunia bukan tempat berlalu yang dijadikan tempat berbekal oleh para pemudik kepada negeri kekekalan. diringkaskan dari Tafsir Taisir al-Karim al-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa'diy . . . orang yang lalai dari akhirat dan tidak berharap pahala Allah saat perjumpaan dengan-Nya, ia disibukan dengan dunia dan puas dengannya, maka Allah juga tidak suka berjumpa dengannya, tidak sudi memberikan ampunan dan rahmat kepadanya. . . Nasib masing-masing golongan tersebut sudah dapat dirasakan saat mereka menghadapi kematian. Orang-orang beriman yang yakin dan berharap perjumpaan dengan Allah akan menghadapi kematian dengan kebahagiaan karena mendapat kabar gembira dengan rahmat, keridhaan, kemuliaan, dan surga Allah sesudah kematian. Sebaliknya, orang-orang kafir terhadap hari perjumpaan tersebut akan mendapat kabar buruk dengan murka dan siksa Allah yang dahsyat sehingga ia sangat benci dengan kematian karena mengetahui apa yang akan diperolehnya sesudah kematian. Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุญูŽุจู‘ูŽ ู„ูู‚ูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุญูŽุจู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูู‚ูŽุงุกูŽู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุฑูู‡ูŽ ู„ูู‚ูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูƒูŽุฑูู‡ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูู‚ูŽุงุกูŽู‡ู "Siapa suka berjumpa dengan Allah, maka Allah suka berjumpa dengan-Nya. Dan siapa yang benci dengan Allah maka Allah benci berjumpa dengannya." Kemudian Aisyah menuturkan "Aku bertanya Wahai Nabi Allah, apakah itu maksudnya juga benci kematian, padahal setiap kita membenci kematian? Lalu beliau menjawab, "Bukan seperti itu maksudnya. Tetapi seorang mukmin apabila menghadapi kematian ia diberi kebar gembira dengan rahmat Allah, keridhaan, dan surga-Nya sehingga ia suka berjumpa dengan Allah lalu Allah suka berjumpa dengannya. Dan sesungguhnya orang kafir apabila menghadapi kematian ia diberi kebar gembira dengan siksa Allah dan kemurkaan-Nya maka Allah ia benci berjumpa dengan allah dan Allah pun benci berjumpa dengannya"." HR. Al-Bukhari dan Muslim Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam saat menghadapi kematian mengatakan, "Ya Allah aku memilih teman tertinggi." Menurut penuturan Aisyah, saat itu Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sedang diberi pilihan antara tetap hidup di dunia atau meninggal dan berjumpa dengan Allah. Kemudian beliau memilih kematian karena mengutamakan akhirat daripada dunia. Lalu Al-Hafid Ibnul Hajar mengomentari, "Maka selayaknya meniru beliau dalam hal itu." Yakni menjadikan akhirat sebagai tujuan hidup dan lebih mengutamakannya atas dunia. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/ Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita! +Pasang iklan Gamis Syari Murah Terbaru Original FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai. Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas? Di sini Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan > jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub 0857-1024-0471 Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller NABAWI HERBA Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon 60%. Pembelian bisa campur produk > jenis produk.

Danbila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka (pemimpin-pemimpin mereka), mereka mengatakan : "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." (14). Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. (15). Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan DALAM BEBERAPA ayat Alquran yang membahas Hari Kebangkitan dan Hari Kiamat, terdapat redaksi liqรขโ€™ Allah berjumpa dengan Tuhan atau liqรขโ€™ al-rabb berjumpa dengan Rabb. Redaksi ayat ini sarat makna dan memiliki kedalaman arti, betapa pun sebagian mufasir telah menafsirkan ayat-ayat ini secara sambil lalu. Sebagian dari mufasir berpendapat bahwa maksud dari liqรขโ€™ Allah adalah pertemuan para malaikat Allah SWT pada Hari Kiamat. Sebagian yang lain berkeyakinan bahwa maksudnya adalah perjumpaan setiap makhluk dengan perhitungan hisรขb, ganjaran jazรขโ€™, dan pahala tsawรขb. Dan kelompok ketiga berpendapat bahwa maknanya adalah perjumpaan hukum dan perintah-Nya. Semua pendapat tersebut mengambil arti redaksi Al-Quran tersebut secara implisit. Sementara kita mengetahui bahwa apabila penafsiran implisit bertentangan dengan dzahir sebuah ungkapan eksplisit, sepanjang tidak ada dalil atasnya, harus kita tinggalkan. Tak syak lagi bahwa maksud dari redaksi perjumpaan liqรขโ€™ bukanlah melihat Tuhan, karena perjumpaan indrawi hissi hanya berlaku pada benda-benda material yang terbatas dalam ruang dan waktu, berwarna, dan kualitas-kualitas lain sehingga ia mampu untuk dilihat dengan mata kepala. Dengan demikian, maksud dari perjumpaan di sini adalah syuhรปd batini, perjumpaan dan pertemuan maknawi dan ruhani dengan Allah SWT, karena di Hari Kiamat, seluruh hijab akan tersingkap dan tanda-tanda kekuasaan-Nya sedemikian tampak pada hari Mahsyar dan seluruh tempat persinggahan Kiamat, bahkan orang-orang kafir akan berjumpa dengan Allah SWT melalui mata batin mereka meskipun perjumpaan ini pasti berbeda. Allamah Thabathabaโ€™i dalam tafsir Al-Mรฎzรขn mengtaakan, โ€œHamba-hamba Allah SWT berada dalam keadaan tanpa hijab antara mereka dengan-Nya, karena ciri khas Hari Kiamat adalah penampakan seluruh hakikat. Demikian pada surah Al-Nur 24 25, Allah SWT berfirman, Pada hari itu mereka mengetahui bahwa sesungguhnya Allah, Dia-lah Hak Yang Nyata.โ€™โ€Al-Mรฎzรขn, jld. 15, hlm. 103; jld. 10, hlm. 69. Menariknya, dalam hadis sahih disebutkan bahwa seorang datang kepada Amirul Mukminin Ali dan berkata โ€œAku terjatuh dalam kesangsian terhadap Alquran.โ€ Beliau bertanya, โ€œMengapa?โ€ Orang itu berkata, โ€œKita melihat banyak ayat Al-Quran yang menegaskan perjumpaan dengan Allah SWT di Hari Kiamat, dan di sisi lain, Dia berfirman, Mata-mata tidak mampu menjangkaunya, dan Ia menjangkau seluruh mata.โ€™ Bagaimana ayat ini bisa dipertemukan dengan yang lainnya?โ€ Imam Ali menjawab, โ€œPerjumpaan di sini bukan penyaksian dengan mata, akan tetapi perjumpaan di Hari Kiamat dan bangkitnya orang-orang dari kuburan. Oleh karena itu, pahamilah bahwa seluruh liqaโ€™ perjumpaan yang disebutkan dalam Alquran berarti kebangkitan.โ€ Syaikh Shaduq, Al-Tauhid, hlm. 267. Sebenarnya, Imam Ali memberikan tafsir ihwal perjumpaan dengan Allah SWT bahwa penyaksian syuhรปd atas Allah SWT merupakan inherensi-inherensi dari syuhรปd tersebut. Benar bahwa Hari Kiamat merupakan hari tersingkapnya pelbagai hijab dan tirai, tampaknya tanda-tanda Yang Maha Hak, dan tajalli penampakan Allah kepada seluruh hati. Dan setiap orang -sesuai dengan tingkat pikirnya- dapat memahami ucapan beliau ini. Dan seperti yang telah kita katakan, bahwa syuhรปd batini penyaksian batin para kekasih Allah SWT di Hari Kiamat berbeda dengan perjumpaan orang-orang biasa Tafsir Payรขm-e Qurโ€™รขn, jld. 5, hlm. 44. Dalam masalah ini, Fakhru Razi dalam Al-Tafsir Al-Kabรฎr memberikan penjelasan yang menarik. Ia menulis, โ€œManusia di dunia ini, lantaran hanyut dalam urusan-urusan duniawi dan berupaya untuk mengejar kehidupan dunia, kerap melalaikan Allah. Akan tetapi pada Hari Kiamat, seluruh perhatian duniawi ini akan hilang. Manusia dengan seluruh wujudnya akan tercurah kepada Tuhan semesta alam. Dan inilah arti dari perjumpaan dengan Allah swt.โ€ Al-Tafsir al-Kabรฎr, ayat terkait; Tafsir Nemรปnehh, jld. 17, hlm. 359. Hal ini boleh jadi berdasarkan pengaruh takwa, ibadah, dan penyucian jiwa tahdzib al-nafs dalam kehidupan dunia ini yang dapat dijumpai pada sekelompok umat manusia. Sebagaimana dalam Nahj Al-Balaghah ditegaskan, bahwa salah seorang sahabat alim Imam Ali, Dzaโ€™lab Al-Yamani, bertanya kepada beliau, โ€œApakah kamu melihat Tuhanmu?โ€ Imam menjawab, โ€œApakah mungkin aku menyembah Tuhan yang tidak kulihat?!โ€ Dan ketika ingin memberikan penjelasan lebih lanjut, beliau menambahkan โ€œSeluruh mata kepala sekali-kali tidak akan pernah menyaksikan-Nya, namun mata hatilah -dengan cahaya iman- dapat menyaksikan-Nya.โ€ Nahj Al-Balaghah, pidato 179. Namun, penyaksian batin di Hari Kiamat berlaku untuk semua orang, karena tanda keagungan dan kekuasaan Allah SWT di hari itu sedemikian jelas sehingga setiap hati yang buta juga akan beriman penuh Tafsir Nemรปneh, jld. 1, hlm. 217. Visited 719 times, 1 visits today Post Views 912
MResky S 20/01/2020. Kandungan Surah Al-Anfal Ayat 43-44 ini menjelaskan bahwa Allah SWT memberitahukan kepada Nabi Muhammad SAW mengenai karunia-Nya yang diberikan kepadanya dengan melukiskan dalam mimpinya mengenai pasukan-pasukan musuh itu dalam jumlah yang sedikit, agar supaya hal tersebut dapat membesarkan hati Nabi SAW

JIC โ€“ Setelah bertemu dengan rasul-rasul yang mulia, Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam melanjutkan perjalanan agungnya menuju perjumpaan dengan penguasa alam semesta, Allah Subhanahu wa Taโ€™ala. Tentu kondisi perjalanan ini tak terbayang di akal manusia. Bayangkan! Bagaimana degup jantung seseorang kala hendak berjumpa kepala negara atau seorang raja? Apalagi berjumpa dengan raja diraja, penguasa alam semesta, Allah Subhanahu wa Taโ€™ala. Renungkan sejenak, bagaimana kiranya keadaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tatkala Jibril mengabarkan tiba saatnya menghadap Rabbul Izzati wal Jalal? Lalu dalam pertemuan ini, apakah Rasulullah melihat Allah Taโ€™ala? Mari kita baca cuplikan kisahnya berikut ini. PERTEMUAN DENGAN ALLAH AZZA WA JALLA Setelah menyebutkan tentang Sidratul Muntaha, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membacakan ayat, ููŽุฃูŽูˆู’ุญูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ู…ูŽุง ุฃูŽูˆู’ุญูŽู‰ โ€œLalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya Muhammad apa yang telah Allah wahyukan.โ€ [Quran An-Najm 10] Kemudian disebutkan tentang kisah diwajibkan shalat. Imam al-Bukhari mengatakan, ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ ุญุฏุซู†ุง ุนุจุฏ ุงู„ุนุฒูŠุฒ ุจู† ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ุŒ ุญุฏุซู†ูŠ ุณู„ูŠู…ุงู†ุŒ ุนู† ุดุฑูŠูƒ ุจู† ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุฃู†ู‡ ู‚ุงู„ ุณู…ุนุช ุฃู†ุณ ุจู† ู…ุงู„ูƒ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ูŠู‚ูˆู„ โ€œุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุฌูŽุงุกูŽ ุจูู‡ู ุณูุฏู’ุฑูŽุฉูŽ ุงู„ู’ู…ูู†ู’ุชูŽู‡ูŽู‰ุŒ ูˆูŽุฏูŽู†ูŽุง ุงู„ู’ุฌูŽุจูŽู‘ุงุฑู ุชูŽุจูŽุงุฑูŽูƒูŽ ูˆูŽุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ููŽุชูŽุฏูŽู„ูŽู‘ู‰ุŒ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงุจูŽ ู‚ูŽูˆู’ุณูŽูŠู’ู†ู ุฃูŽูˆู’ ุฃูŽุฏู’ู†ูŽู‰ุŒ ููŽุฃูŽูˆู’ุญูŽู‰ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ู…ูŽุง ุดูŽุงุกูŽ ูููŠู…ูŽุง ุฃูŽูˆู’ุญูŽู‰ ุฎูŽู…ู’ุณููŠู†ูŽ ุตูŽู„ุงูŽุฉู‹ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูู…ูŽู‘ุชูู‡ู ูƒูู„ูŽู‘ ูŠูŽูˆู’ู…ู ูˆูŽู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู ..โ€ . โ€œAbdul Aziz bin Abdullah menuturkan kepadaku dari Sulaiman dari Syarik bin Abdullah bahwa ia berkata, Aku mendengar Anas bin Malik radhiallahu anhu berkata, Saat Nabi dihantarkan ke Sidratul Muntaha, Allah Yang Maha Perkasa Tabaraka wa Taโ€™ala mendekat. Sehingga Dia menjadi dekat dengannya. Sampai-sampai jarak Nabi dengan-Nya sejarak dua ujung busur panah bahkan lebih dekat lagi. Allah memberikan wahyu yang dikehendaki-Nya. Antara lain ialah, Dia wajibkan lima puluh kali shalat setiap siang dan malam hari atas umatnyaโ€™.โ€ HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tauhid, 7079. Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุฎู’ุฑูŽุฌูŽ ุงู„ุฃูู…ูŽูˆููŠูู‘ ูููŠ ู…ูŽุบูŽุงุฒููŠู‡ูุŒ ูˆูŽู…ูู†ู’ ุทูŽุฑููŠู‚ูู‡ู ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ู‡ูŽู‚ููŠูู‘ุŒ ุนูŽู†ู’ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุจู’ู†ู ุนูŽู…ู’ุฑููˆุŒ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุณูŽู„ูŽู…ูŽุฉูŽุŒ ุนูŽู†ู ุงุจู† ุนุจุงุณ ูููŠ ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ {ูˆูŽู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุฑูŽุขู‡ู ู†ูŽุฒู’ู„ูŽุฉู‹ ุฃูุฎู’ุฑูŽู‰} [ุงู„ู†ุฌู… 13]ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ โ€œุฏูŽู†ูŽุง ู…ูู†ู’ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ู‡ูโ€. ูˆูŽู‡ูŽุฐูŽุง ุณูŽู†ูŽุฏูŒ ุญูŽุณูŽู†ูŒุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุดูŽุงู‡ูุฏูŒ ู‚ูŽูˆููŠูŒู‘ ู„ูุฑููˆูŽุงูŠูŽุฉู ุดูŽุฑููŠูƒู โ€œDikeluarkan oleh al-Umawi dalam Maghazinya dari jalan al-Baihaqi. Dari Muhammad bin Amr, dari Abi Salamah, dari Ibnu Abbas ketika menafsirkan firman Allah Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu dalam rupanya yang asli pada waktu yang lainโ€™. [Quran An-Najm 13]. Ibnu Abbas berkata, Rabbnya mendekat kepadanyaโ€™. Sanad ini hasan. Dan ia menjadi poin penguat dari riwayat Syarik. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 13/484. Sebagian ulama tidak sependapat dengan riwayat ูˆูŽุฏูŽู†ูŽุง ุงู„ู’ุฌูŽุจูŽู‘ุงุฑู โ€œAllah al-Jabbar mendekat.โ€ Mereka yang tidak sepakat di antaranya Abu Sulaiman al-Khattabi dan Ibnu Hazm. Mereka menuduh Syarik bin Abdullah keliru dalam haditsnya. Padahal Syarik adalah perawi yang terpercaya. Bahkan mereka lebih jauh lagi, mereka kritik Anas bin Malik, al-Bukhari, dikarenakan mereka ingin mensucikan Allah dari sifat mendekat, sampai kedekatan tersebut seperti dua ujung busur. Tentu kita katakan, Allah Taโ€™ala melakukan apa yang Dia kehendaki. Akal kita yang terbatas tidak mampu menalarnya. Pemahaman kita yang lemah tidak mampu membayangkannya. Tidak mungkin kita bisa memahami yang terjadi itu seperti apa. Allah Taโ€™ala mengabarkan apa yang Dia lakukan lewat kitab-Nya dan penjelasan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam. Kewajiban kita adalah menerimanya. Bukan menanyakan bagaimananya. Atau memisalkannya. Dan kita tidak boleh menolak kabar tersebut. Tentang Allah mendekat yang disebutkan dalam hadits, sebenarnya masalah ini bukan sesuatu yang aneh dan asing. Karena banyak hadits-hadits lain yang menceritakan tentang keadaan yang mirip. Seperti sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari ูŠูŽู†ู’ุฒูู„ู ุฑูŽุจูู‘ู†ูŽุง ุชูŽุจูŽุงุฑูŽูƒูŽ ูˆูŽุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ูƒูู„ูŽู‘ ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุญููŠู†ูŽ ูŠูŽุจู’ู‚ูŽู‰ ุซูู„ูุซู ุงู„ู„ูŽู‘ูŠู’ู„ู ุงู„ุขุฎูุฑู.. โ€œRabb kita Tabaraka wa Taโ€™ala turun ke langit dunia setiap malam. Di waktu tersisa sepertiga malam akhirโ€ฆโ€ HR. al-Bukhari 1094. Juga dalam riwayat al-Bukhari, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan tentang keadaan orang-orang beriman pada hari kiamat. ููŽูŠูŽุฃู’ุชููŠู‡ูู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูููŠ ุงู„ุตูู‘ูˆุฑูŽุฉู ุงู„ูŽู‘ุชููŠ ูŠูŽุนู’ุฑููููˆู†ูŽุŒ ููŽูŠูŽู‚ููˆู„ู ุฃูŽู†ูŽุง ุฑูŽุจูู‘ูƒูู…ู’. ููŽูŠูŽู‚ููˆู„ููˆู†ูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุฑูŽุจูู‘ู†ูŽุง. ููŽูŠูŽุชู’ุจูŽุนููˆู†ูŽู‡ู.. โ€œAllah kelak akan mendatangi orang-orang beriman dalam wajah yang mereka kenali. Allah berfirman, Aku adalah Rabb kalianโ€™. Mereka menjawab, Engkau Rabb kamiโ€™. Kemudian mereka mengikuti-Nya.โ€ Sikap kita terhadap hadits โ€œAllah mendekatโ€ฆโ€ sama seperti menyikapi hadits-hadits ini. Menerimanya tanpa menolak. Tidak membagaimanakannya. Dan tidak memisalkannya. Tidak bertanya, Bagaimana Allah turun ke langit dunia? Bagaimana Dia datang? Bagaimana orang-orang beriman mengikutinya? Karena akal kita tidak akan mampu menjangkaunya. PERJALANAN LUAR BIASA Perjalanan yang dialami Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini adalah kesempatan satu-satunya yang terjadi pada hidup beliau. Perjalanan tanpa didampingi Malaikat Jibril alaihissalam. Jarak dan tingkatan yang beliau capai, tak pernah dicapai oleh satu makhluk pun. Baik dari kalangan malaikat maupun manusia. Dimana pertemuan ini terjadi? Allahu aโ€™lam. Apakah di langit ketujuh? Allahu aโ€™lam. Tidak ada dalil yang menjelaskan hal tersebut. Sehingga kewajiban kita hanyalah menerima. Tidak menerka-nerka. Membayangkan firman Allah ini saja kita tak sanggup ูˆูŽุณูุนูŽ ูƒูุฑู’ุณููŠูู‘ู‡ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุฃูŽุฑู’ุถูŽ โ€œKursi Allah meliputi langit dan bumi.โ€ [Quran Al-Baqarah 255] Diriwayatkan dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ู…ูŽุง ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ุงู„ุณูŽู‘ุจู’ุนู ูููŠ ุงู„ู’ูƒูุฑู’ุณููŠูู‘ ุฅูู„ุงูŽู‘ ูƒูŽุญูŽู„ู’ู‚ูŽุฉู ูููŠ ุฃูŽุฑู’ุถู ููŽู„ุงูŽุฉูุŒ ูˆูŽููŽุถู’ู„ู ุงู„ู’ุนูŽุฑู’ุดู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูƒูุฑู’ุณููŠูู‘ ูƒูŽููŽุถู’ู„ู ุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ู’ููŽู„ุงูŽุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู„ู’ู‚ูŽุฉู โ€œTidaklah tujuh langit dibandingkan kursi Allah kecuali seperti cincin yang dilemparkan di tanah lapang, dan besarnya Arasy dibandingkan kursi adalah seperti tanah lapang dibandingkan dengan cincin.โ€ HR. Ibnu Hibban 361, al-Baihaqi Bab al-Asma wa ash-Shifat 2/300, Jamiโ€™ al-Bayan 5/399, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah, 109. APAKAH NABI MUHAMMAD MELIHAT ALLAH? Ada perbedaan pandangan ulama dalam permasalahan ini. Namun pendapat yang benar adalah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak melihat Allah. Pendapat ini berdasarkan hadits riwayat al-Bukhari dari Masruq. Masruq bertanya kepada Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anhu. ูŠูŽุง ุฃูู…ูŽู‘ุชูŽุงู‡ู’ุ› ู‡ูŽู„ู’ ุฑูŽุฃูŽู‰ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏูŒ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฑูŽุจูŽู‘ู‡ูุŸ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ู‚ูŽููŽู‘ ุดูŽุนูŽุฑููŠ ู…ูู…ูŽู‘ุง ู‚ูู„ู’ุชูŽุŒ ุฃูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู…ูู†ู’ ุซูŽู„ุงูŽุซูุ› ู…ูŽู†ู’ ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽูƒูŽู‡ูู†ูŽู‘ ููŽู‚ูŽุฏู’ ูƒูŽุฐูŽุจูŽ ู…ูŽู†ู’ ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽูƒูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู‹ุง ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฑูŽุฃูŽู‰ ุฑูŽุจูŽู‘ู‡ู ููŽู‚ูŽุฏู’ ูƒูŽุฐูŽุจูŽ. ุซูู…ูŽู‘ ู‚ูŽุฑูŽุฃูŽุชู’ {ู„ุงูŽ ุชูุฏู’ุฑููƒูู‡ู ุงู„ุฃูŽุจู’ุตูŽุงุฑู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูุฏู’ุฑููƒู ุงู„ุฃูŽุจู’ุตูŽุงุฑูŽ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ุทููŠูู ุงู„ุฎูŽุจููŠุฑู} [ุงู„ุฃู†ุนุงู… 103]ุŒ {ูˆูŽู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ู„ูุจูŽุดูŽุฑู ุฃูŽู†ู’ ูŠููƒูŽู„ูู‘ู…ูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ูˆูŽุญู’ูŠู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ู…ูู†ู’ ูˆูŽุฑูŽุงุกู ุญูุฌูŽุงุจู} [ุงู„ุดูˆุฑู‰ 51]. ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽูƒูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูŽุง ูููŠ ุบูŽุฏู ููŽู‚ูŽุฏู’ ูƒูŽุฐูŽุจูŽ. ุซูู…ูŽู‘ ู‚ูŽุฑูŽุฃูŽุชู’ {ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽุฏู’ุฑููŠ ู†ูŽูู’ุณูŒ ู…ูŽุงุฐูŽุง ุชูŽูƒู’ุณูุจู ุบูŽุฏู‹ุง} [ู„ู‚ู…ุงู† 34]. ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽูƒูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ูƒูŽุชูŽู…ูŽ ููŽู‚ูŽุฏู’ ูƒูŽุฐูŽุจูŽ. ุซูู…ูŽู‘ ู‚ูŽุฑูŽุฃูŽุชู’ {ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ุฑูŽู‘ุณููˆู„ู ุจูŽู„ูู‘ุบู’ ู…ูŽุง ุฃูู†ู’ุฒูู„ูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ู…ูู†ู’ ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ} [ุงู„ู…ุงุฆุฏุฉ 67] ุงู„ุขูŠูŽุฉูŽุ› ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ูŽู‘ู‡ู โ€œุฑูŽุฃูŽู‰ ุฌูุจู’ุฑููŠู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ูููŠ ุตููˆุฑูŽุชูู‡ู ู…ูŽุฑูŽู‘ุชูŽูŠู’ู†ู โ€œWahai Ibu, apakah benar Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat Rabbnya?โ€ Aisyah menjawab, โ€œSungguh buluku berdiri merinding dengan apa yang kau tanyakan. Tiga perkara, yang barang siapa mengatakannya kepadamu, maka sungguh ia telah berdusta. 1 Siapa mengatakan padamu bahwa Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat Rabbnya, ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Al Anโ€™am 103. Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir. As Syura 51. 2 Siapa yang mengatakan padamu bahwa beliau mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok, ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Luqman 34. Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa beliau menyembunyikan sesuatu, ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Al Maidah; 67. Hanya saja beliau pernah melihat wujud asli Jibril dua kali.โ€ HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir, 4574. Dalam riwayat Muslim ูˆุนู†ุฏ ู…ุณู„ู… ุนูŽู†ู’ ู…ูŽุณู’ุฑููˆู‚ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูƒูู†ู’ุชู ู…ูุชูŽู‘ูƒูุฆู‹ุง ุนูู†ู’ุฏูŽ ุนูŽุงุฆูุดูŽุฉูŽุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ูŠูŽุง ุฃูŽุจูŽุง ุนูŽุงุฆูุดูŽุฉูŽุŒ ุซูŽู„ุงูŽุซูŒ ู…ูŽู†ู’ ุชูŽูƒูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุจููˆูŽุงุญูุฏูŽุฉู ู…ูู†ู’ู‡ูู†ูŽู‘ ููŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ููุฑู’ูŠูŽุฉูŽ. ู‚ูู„ู’ุชู ู…ูŽุง ู‡ูู†ูŽู‘ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ู…ูŽู†ู’ ุฒูŽุนูŽู…ูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู‹ุง ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฑูŽุฃูŽู‰ ุฑูŽุจูŽู‘ู‡ู ููŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ููุฑู’ูŠูŽุฉูŽ. ู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽูƒูู†ู’ุชู ู…ูุชูŽู‘ูƒูุฆู‹ุง ููŽุฌูŽู„ูŽุณู’ุชูุŒ ููŽู‚ูู„ู’ุชู ูŠูŽุง ุฃูู…ูŽู‘ ุงู„ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽุŒ ุฃูŽู†ู’ุธูุฑููŠู†ููŠุŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูุนู’ุฌูู„ููŠู†ููŠุ› ุฃูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽู‚ูู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุนุฒ ูˆุฌู„ {ูˆูŽู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุฑูŽุขู‡ู ุจูุงู„ุฃูููู‚ู ุงู„ู’ู…ูุจููŠู†ู} [ุงู„ุชูƒูˆูŠุฑ 23]ุŒ {ูˆูŽู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุฑูŽุขู‡ู ู†ูŽุฒู’ู„ูŽุฉู‹ ุฃูุฎู’ุฑูŽู‰} [ุงู„ู†ุฌู… 13]ุŸ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ุฃูŽู†ูŽุง ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ู ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ุฃูู…ูŽู‘ุฉู ุณูŽุฃูŽู„ูŽ ุนูŽู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…ุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ โ€œุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฌูุจู’ุฑููŠู„ูุŒ ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽุฑูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุตููˆุฑูŽุชูู‡ู ุงู„ูŽู‘ุชููŠ ุฎูู„ูู‚ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ู‡ูŽุงุชูŽูŠู’ู†ู ุงู„ู’ู…ูŽุฑูŽู‘ุชูŽูŠู’ู†ูุŒ ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูู‡ู ู…ูู†ู’ู‡ูŽุจูุทู‹ุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ุณูŽุงุฏู‹ู‘ุง ุนูุธูŽู…ู ุฎูŽู„ู’ู‚ูู‡ู ู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถูโ€. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ุฃูŽูˆูŽ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุณู’ู…ูŽุนู’ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู {ู„ุงูŽ ุชูุฏู’ุฑููƒูู‡ู ุงู„ุฃูŽุจู’ุตูŽุงุฑู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูุฏู’ุฑููƒู ุงู„ุฃูŽุจู’ุตูŽุงุฑูŽ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ุทููŠูู ุงู„ู’ุฎูŽุจููŠุฑู} [ุงู„ุฃู†ุนุงู… 103]ุŸ! ุฃูŽูˆูŽ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุณู’ู…ูŽุนู’ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู {ูˆูŽู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ู„ูุจูŽุดูŽุฑู ุฃูŽู†ู’ ูŠููƒูŽู„ูู‘ู…ูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ูˆูŽุญู’ูŠู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ู…ูู†ู’ ูˆูŽุฑูŽุงุกู ุญูุฌูŽุงุจู ุฃูŽูˆู’ ูŠูุฑู’ุณูู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ุงู‹ ููŽูŠููˆุญููŠูŽ ุจูุฅูุฐู’ู†ูู‡ู ู…ูŽุง ูŠูŽุดูŽุงุกู ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ููŠูŒู‘ ุญูŽูƒููŠู…ูŒ} [ุงู„ุดูˆุฑู‰ 51]ุŸุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฒูŽุนูŽู…ูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูƒูŽุชูŽู…ูŽ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ู…ูู†ู’ ูƒูุชูŽุงุจู ุงู„ู„ู‡ูุŒ ููŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ููุฑู’ูŠูŽุฉูŽุŒ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽู‚ููˆู„ู {ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ุฑูŽู‘ุณููˆู„ู ุจูŽู„ูู‘ุบู’ ู…ูŽุง ุฃูู†ู’ุฒูู„ูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ู…ูู†ู’ ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ูˆูŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽูู’ุนูŽู„ู’ ููŽู…ูŽุง ุจูŽู„ูŽู‘ุบู’ุชูŽ ุฑูุณูŽุงู„ูŽุชูŽู‡ู} [ุงู„ู…ุงุฆุฏุฉ 67]ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฒูŽุนูŽู…ูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ูŠูุฎู’ุจูุฑู ุจูู…ูŽุง ูŠูŽูƒููˆู†ู ูููŠ ุบูŽุฏูุŒ ููŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ููุฑู’ูŠูŽุฉูŽุŒ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽู‚ููˆู„ู {ู‚ูู„ู’ ู„ุงูŽ ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูŽู†ู’ ูููŠ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ุงู„ู’ุบูŽูŠู’ุจูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ู} [ุงู„ู†ู…ู„ 65] [12]. ูˆุฃูˆุถุญ ู…ู† ุฐู„ูƒ ู…ุง ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู… ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุฐูŽุฑูู‘ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุณูŽุฃูŽู„ู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‡ูŽู„ู’ ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูŽ ุฑูŽุจูŽู‘ูƒูŽุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ โ€œู†ููˆุฑูŒ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‰ ุฃูŽุฑูŽุงู‡ูโ€ [13]. Dari Masruq rahimahullah, ia berkata, โ€œDulu aku berada di sisi Aisyah.โ€ Aisyah mengatakan, โ€œHai Abu Aisyah, ada tiga hal yang kalau salah seorang dari mereka menbicarakan salah satunya saja dari yang tiga itu, maka sesungguhnya ia telah mengadakan dusta yang paling besat terhadap Allah.โ€ Aku Masruq mengatakan, Apa itu? Kata Aisyah, โ€œBarangsiapa yang mengira bahwa Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat Tuhannya, maka sesungguhnya ia telah mengadakan dusta yang paling besar terhadap Allah.โ€ Masruq berkata, โ€œTadinya aku bersandar, lalu aku duduk dan mengatakan, โ€œWahai Ummul Mukminin, sebentar, jangan terburu-buru. Bukankah dengan firman Allah Azza wa Jalla โ€œDan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.โ€ Qs. At Takwir 8123 โ€œDan sesungguhnya Muhammad telah melihatnya Jibril itu dalam rupanya yang asli pada waktu yang lainโ€. Qs. An Najm 5313. Lalu Aisyah mengatakan, โ€œAku adalah yang pertama kali dari umat ini bertanya tentang ayat itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda Sesungguhnya ia adalah Jibril, yang belum pernah aku melihatnya dengan wujud aslinya sebagaimana ia diciptakan kecuali hanya dua kali itu saja. Aku melihatnya turun dari langit, keagungan penciptaannya meliputi antara langit dan bumi sangat indah sekali.โ€ Aisyah berkata, โ€œApakah belum engkau dengar bahwa Allah berfirman, โ€œDia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahuiโ€. Qs. Al Anโ€™aam 6103, Apakah belum juga engkau dengar bahwa Allah berfirman, โ€œDan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan malaikat lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksanaโ€ Qs. Asy Syuuraa 4251. Kata Aisyah, Barangsiapa mengira bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari Kitab Allah Alquran, maka sesungguhnya ia telah mengadakan dusta yang paling besar terhadap Allah, Allah berfirman, โ€œHai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanah-Nyaโ€. Qs. Al Maa-idah 567.โ€ Ia berkata lagi, โ€œDan barangsiapa yang mengira bahwa Muhammad dapat memberitahukan tentang apa yang terjadi besok, maka sesungguhnya ia telah mengadakan dusta yang paling besar terhadap Allah, dan Allah berfirman, โ€œKatakanlah โ€œTidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allahโ€, Qs. An Naml 2765.โ€ HR. Muslim no. 259. Dalam riwayat Muslim dari Abdullah bin Syaqiq, aku bertanya kepada Abu Dzar ู„ูŽูˆู’ ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชู ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู„ูŽุณูŽุฃูŽู„ู’ุชูู‡ู. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽูŠูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ูƒูู†ู’ุชูŽ ุชูŽุณู’ุฃูŽู„ูู‡ูุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูƒูู†ู’ุชู ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ูู‡ู ู‡ูŽู„ู’ ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูŽ ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุจููˆู’ ุฐูŽุฑูู‘ ู‚ูŽุฏู’ ุณูŽุฃูŽู„ู’ุชู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชู ู†ููˆู’ุฑู‹ุง. ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู… โ€œKalau aku sempat bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sungguh aku akan bertanya. Abu Dzar balik bertanya, โ€œApa yang akan kau tanyakan?โ€ Aku akan bertanya, โ€œApakah beliau melihat Rabbnya?โ€ Abu Dzar pun berkata, โ€œSungguh aku telah bertanya kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam. Beliau menjawab, Aku melihat cahayaโ€™.โ€ HR. Muslim dalam Kitab al-Iman, 178. Dengan demikian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat cahaya. Cahaya itu menghalangi pandangan beliau dari Allah Azza wa Jalla. Tapi, beliau mendengar firman Allah Subhanahu wa Taโ€™ala. Apa yang Allah bicarakan kepada beliau? Allah memberi beliau wahyu tentang kewajiban shalat. Sumber

CaraBelajar Bagaimana Kiat Bagus Tentang Yang Kesehatan dan kecantikan Anak Belajar dengan baik Sekolah. Bacaan Alkitab: Lukas 2:21-40. Tahun Gerajawi : Minggu Setelah Natal. Tema : Memuliakan Tuhan. Ayat Hafalan : "sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu" (Lukas 2:30) Lagu Pendukung : Kidung Ria 129 "Kucinta Kau Yesus".

Pertanyaan Di manakah Allah? Bisakah kita bertemu dengan Allah pada hari hisab? Teks Jawaban Alhamdulillah., segala puji bagi Allah. Dalil-dalil syariat dari kitab dan sunnah Nabi telah menunjukkan bahwa Allah Subhana wa Ta'ala berada di atas langit-Nya, bersemayam di atas Arsy-Nya dengan cara bersemayam yang layak bagi kemuliaan dan keagungan-Nya, sebagaimana Allah berfirman "Allah yang Rahman, Istiwa bersemayam di atas Arsy." Untuk lebih rinci lihat lagi pertanyaan no. 992. Adapun tentang pertemuan dan melihat Allah, maka pertemuan dengan Allah akan terjadi setelah mati pada hari kiamat. Demikian pula dengan melihat-Nya tidak akan terjadi, kecuali pada hari kiamat. Adapun pertemuan dengan Allah yang terjadi setelah mati, maka hal ini diterangkan dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari Bab siapa yang mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dari Ubadah bin Shamit dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam, beliau berkata "Barangsiapa yang mencintai pertemuan dengan Allah, Allah pun mencintai pertemua dengannya, dan barangsiapa yang membenci pertemuan dengan Allah, Allah pun membenci pertemuan dengannya." Maka berkatalah Aisyah atau salah seorang istrinya "Kita semua membenci kematian." Beliau menjawab "Bukan begitu, akan tetapi seorang mukmin apabila akan didatangi oleh kematian, dia akan digembirakan dengan keridhaan Allah dan kemulian-Nya, maka tidak ada sesuatupun yang lebih dia cintai daripada masa depannya, lalu dia pun mencintai pertemuan dengan Allah dan Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Adapun orang kafir apabila dia akan didatangi kematian, dia diberi kabar tentang adzab Allah dan siksanya, maka tidak ada yang lebih dia benci dibandingkan masa depannya, maka dia pun membenci pertemuan dengan Allah dan Allah pun membenci pertemuan dengannya." HR. Bukhari 6026 Sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam "Maka tidak ada sesuatupun yang lebih dicintai daripada masa depannya," maksudnya masa depan setelah mati. Imam Muslim dan An-Nasa'i telah mengeluarkan hadits dari jalan Syuraih bin Hani', dia berkata "Maka aku mendatangi Aisyah, lalu aku berkata aku mendengar sebuah hadits, bila hal itu benar, maka binasalah kita, lalu dia menyebutkan dengan berkata "Tak ada seorangpun dari kita, kecuali pasti membenci kematian," maka berkatalah Aisyah "Hadits ini maksudnya bukanlah seperti yang kamu fahami, tetapi maksudnya bila mata sudah terbelalak, dada sudah tersengal, dan kulit sudah merinding, hal-hal tersebut terjadi ketika sekarat." Al-Khathabi berkata "Bertemu punya beberapa arti. Di antaranya melihat, atau bangkit, seperti firman Allah, "Orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah." Makna lainnya adalah 'kematian', seperti firman Allah, "Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Allah, maka waktu pertemuan Allah itu pasti datang." Dan firman-Nya "Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, pasti akan menemuimu." Dan pertemuan dengan Allah dalam hadits tersebut bukanlah kematian, berdasarkan dalil hadits Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam dalam riwayat lain, "Mati bukanlah pertemuan dengan Allah." Akan tetapi karena kematian merupakan jalan menuju pertemuan dengan Allah, maka mati sering diungkapkan "bertemu dengan Allah." Berkata Imam Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam, "Maksud hadits ini bukanlah membenci kematian dengan kedahsyatannya, karena hal tersebut hampir-hampir dirasakan oleh semua orang, akan tetapi yang tercela dari hal itu adalah mengutamakan dunia dan cenderung kepadanya serta membenci berpindah menuju Allah dan negeri akhirat." Beliau berkata lagi "Di antara hal yang menjelaskan tersebut adalah bahwa Allah Ta'ala mencela satu kaum yang mencintai dunia . Allah berfirman "Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan ridha dengan kehidupan dunia dan merasa tenang dengan dunia" An-Nawawi berkata "Makna hadits ini adalah bahwa cinta dan benci menurut syari'at adalah yang teralami pada waktu sekarat pada saat tidak diterima lagi taubat, ketika dibuka dan ditampakkan bagi orang yang sekarat apa-apa yang akan dialaminya. Di dalam hadits ini terdapat penjelasan bahwa membenci kematian pada waktu sehat harus dirinci. Maka barangsiapa yang membenci kematian karena lebih mengutamakan kehidupan dibanding memperhatikan nasib setelah mati berupa kenikmatan akhirat maka dia tercela. Dan barangsiapa yang membenci kematian karena takut mendapat siksa karena merasa amalnya kurang dan belum mempersiapkan bekal untuk itu, dalam arti belum menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa, belum melaksanakan perintah Allah sebagaimana yang diwajibkan, maka orang seperti ini ma'dzur dimaafkan, tetapi bagi orang seperti ini harus segera menyiapkan bekal sehingga ketika kematian mendatanginya, dia tidak membenci kematian itu, bahkan mencintainya karena mengharapkan pertemuan dengan Allah setelah itu. Di dalam hadits ini kita tahu bahwa Allah Ta'ala tidak akan terlihat oleh seorang pun dari kalangan orang-orang yang masih hidup. Hal itu melihat Allah hanya akan teralami oleh orang mukmin setelah mati, berdasarkan sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam "Kematian itu bukan pertemuan dengan Allah." Adalagi hadits yang lebih jelas dari hal ini, yaitu di dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Usamah secara marfu' dalam hadits yang panjang. Di dalamnya dikatakan "Ketahuilah, bahwa kalian tidak akan melihat Rabb kalian Allah sampai kalian mati." Adapun bertemu dan melihat Allah pada hari kimat, maka hal didasarkan pada banyak dalil. Di antaranya firman Allah Ta'ala "Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri, karena mereka melihat kepada Rabb mereka." Al-Qiyamah 22-23 Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwa manusia berkata "Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Rabb kita pada hari kiamat?" Beliau menjawab "Apakah kalian berdesak-desakan ketika melihat bulan pada malam purnama di saat tidak ada awan di bawahnya?" Mereka menjawab "Tidak, ya Rasulullah?" Beliau berkata "Apakah kalian pun berdesak-desakan ketika melihat matahari di saat tidak ada awan?" Mereka menjawab "Tidak." Beliau berkata "Maka sesungguhnya kalian akan melihat-Nya seperti itu." HR. Bukhari 764. Kita mohon kepada Allah agar Dia menemui kita dalam keadaan Dia ridha kepada kita dan semoga shalawat tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasalam. . 176 357 16 402 185 75 159 261

ayat tentang berjumpa dengan allah